Syekh Abdullah Al Balko meriwayatkan dalam kitab Khawariqul Ahtab Fi Ma'rifatil Akhtob pada bab kedua puluh lima "Saya menerima berita dari Khowajaki Sarmasat ia mendengar pembicaraan guru-guru (para Syekh Kamilin) yang bertempat tinggal di negara Bukhori, mereka menceritakan bahwa Syekh Abdul Qodir Gaotsal 'Adhom pada suatu hari beliau berdiri diatas pagu, loteng sebuah rumah menghadap ke arah kawasan Bukhoro. Di sana beliau bersama-sama dengan jamaah ikhwan, beliau mencium wangi kemuliaan, lalu Syekh berkata "Nanti sepeninggalku pada masa seratus lima puluh tujuh tahun yang akan datang akan lahir seorang anak lelaki Qolandi Muhamadi nama lengkapnya Syekh Bahauddin Muhammad An-Naqsyabandi. Dia akan memperoleh limpahan nikmat keistimewaanku", dan hal ini terbukti seperti apa yang dikatakan Syekh.
Diriwayatkan pula, pada waktu Syekh Naqsyabandi setelah beliau menerima baiat pentalkinan dari gurunya As—Sayyid Amir Kulal, gurunya memerintahkan kepada Syekh Naqsyabandi agar thorekatnya itu dihayati dengan sungguh-sungguh, dengan menguatkan ingatannya kepada lsmul 'Adhom. Dirasakan oleh beliau bahwa Ismu Dzat itu masih labil belum mantap dalam hatinya sehingga timbul rasa cemas, lalu berangkatlah menuju suatu lapangan, kebetulan di sana beliau bertemu dengan Nabi Khidir a.s., setelah disambut dengan ucapan salam, Nabi Khidir a.s. berkata "Wahai Bahauddin, sesungguhnya Ismu Dzat itu telah sampai padaku, telah kuperoleh dari Syekh Abdul Qodir, oleh karena itu saya anjurkan padamu agar kami bertawajjuh rabithoh kepada Syekh Abdul Qodir untuk memperoleh keberkahannya".
Pada malam harinya Syekh Bahauddin mimpi bertemu dengan Syekh Abdul Qodir, langsung beliau memberi isyarat dengan jari tangan kanannya ke arah dada Syekh Bahauddin, lalu beliau mencap mentalkin lsmul 'Adhom itu pada hatinya. Setelah ditalkin terasa kemantapan dan bisa menghayati sesuatu yang dicemaskan tadi. Keesokan harinya telah dikenal di kalangan masyarakat di tempat itu hal yang telah dialami Syekh Bahauddin, lalu mereka menanyakannya. Syekh Bahauddin menjawab "Sesungguhnya ini suatu pelimpahan dari segala kelimpahan suatu inayah, pada malam keberkahan itu, saya telah memperoleh limpahan kenikmatan dari Gaotsal 'Adhom dan pada malam itu saya melihat bertambahnya peningkatan kondisi mental kerohanianku". Pada masa itu telah mashur di kalangan masyarakat dan para wali bahwa Syekh Bahauddin telah dicap Ismudzat pada hatinya oleh Syekh Abdul Qodir. Demikian pula halnya Syekh Abdul Qodir mencap, mentalkin lsmul 'Adhom (Ismu Dzat) pada hati murid—muridnya.
Kemudian banyak para wali yang datang berkunjung kepada Syekh Bahauddin, mereka menanyakan tentang pandangannya atas perkataan Syekh Abdul Qodir "Qodamii ‘Alaa Roqobati Kulli Waliyulloh". Syekh Bahauddin menjawab "Sesungguhnya menurut pandanganku beliau itu bukan hanya sekedar memijak pundak, tapi "’Alaa ‘aeni au ’alaa Bashirotti" (Memijak pada mataku atau pada mata hati nuraniku).