Kamis, 08 Desember 2011

51. MANQOBAH KELIMAPULUH SATU ; WASIAT SYEKH ABDUL QODIR KEPADA PUTRANYA ABDUL ROZAK




Syekh Abdul Qodir telah berwasiat kepada putranya yang bernama Abdul Rozak. Beberapa wasiatnya di antaranya, "Wahai anakku, semoga Alloh senantiasa melimpahkan taufik dan hidayahNya bagimu dan segenap kaum muslimin.
‘ Wahai Ananda, ayah berwasiat “Bertakwalah kepada Alloh, pegang syara’ dan laksanakan dengan sebaik-baiknya dan  pelihara pula batas-batas agama. Ketahuilah bahwa thorekatku dibangun berdasarkan al-Qur'an dan sunnah Rosululloh SAW. Hendaknya kamu berjiwa bersih, dermawan, murah hati, dan suka memberi pertolongan kepada orang lain dengan jalan  kebaikan.
Kamu jangan bersikap tegar hati atau berlaku tidak sopan. Sebaiknya kamu bersikap sabar dan  tabah  menghadapi segala ujian dan  cobaan, serta musibah yang dihadapimu. Hendaknya kamu bersikap suka mengampuni kesalahan orang lain, dan bersikap hormat pada sesama ikhwan dan semua fakir miskin.
Jaga dan pelihara  olehmu  kehormatan guru—guru, dan berbuat  baiklah jika kamu bertemu dengan orang lain, beri nasihat yang baik bagi orang-orang besar tingkat kedudukannya, demikian  pula bagi masyarakat kecil di bawahmu. Jangan dibiasakan suka berbantah-bantahan dengan orang lain, kecuali dalam masalah agama.
Ketahuilah bahwa hakikat kemiskinan secara agama berupa  berupa ketidakbutuhan akan ciptaan, semisal diri. Tasawuf dicapai lewat kelaparan dan  pantangan dari hal-hal yang disukai dan dihalalkan, dan  pribadi  yang bersikap tidak banyak bicara apalagi besar mulut.
 Jika kamu berhadapan dengan orang miskin, jangan berpintar  diri. Jangan dimulai dengan ilmu, sebab unjuk ilmu membuatnya tak senang, dan  ia akan jauh darimu. Sebaliknya, hendaklah dimulai dengan  kasih sayang. bersikap lembut karena kelembutan membuatnya senang dan lebih dekat padamu. Tasawuf   itu dibangun di atas kerangka landasan yang kokoh pada  delapan hal yakni : 1) kedermawanan; 2) rido / pasrah, merasa senang menghadapi kegetiran qodo dan qodar; 3) sabar; 4) isyarat /memberi  petunjuk; 5) mengembara / melanglangbuana; 6) berbusana wool/bulu; 7) pelintas rimba belantara / rimbawan; dan 8) fakir / bersahaja, sederhana.
 Kedelapan nilai moral itu telah dimiliki oleh : 1) kedermawanan  Nabi Ibrahim; 2) keridoan, epasrahan Nabi Ishak; 3) kesabaran Nabi Ayub; 4) isyaratnya Nabi Zakaria; 5) berlanglangbuana seperti Nabi  Yusuf; 6) berbusana wool seperti Nabi Yahya; 7) rimbawannya Nabi Isa; dan 8) kefakiran, kesederhanaan Nabi Muhammad SAW.
Bila kamu berkumpul bersama-sama dengan orang kaya, perlihatkan  kegagahan  dan  keberanianmu, namun  sebaliknya perlihatkan kerendahan hati bila kamu berkumpul dan bergaul dengan orang  miskin. Hendaknya kamu mengikhlaskan diri dalam setiap laku  perbuatan, dan kegiatan. Seharusnya bermudawamah dzikrullah, artinya tiada putus-putusnya mengingat Alloh. Kamu jangan berprasangka buruk kepada Alloh dalam segala situasi dan kondisi apapun. Demikian pula harus berserah diri kepada Alloh dalam segala tindak perbuatan. Jangan menggantungkan diri kepada orang lain, percayalah kepada kemampuan dirimu sendiri, baik terhadap  keluarga maupun teman sejawat.
 Layani, dan selalu perhatikan para fakir miskin, terutama dalam  ti ga hal yakni: pertama, bersikap tawadu (merendahkan diri); kedua berbudi pekerti yang baik dan mulia, dan ketiga, kebeningan hati, dan mengekang hawa nafsu, agar kelak kamu   menjadi hidup.  Perhatikan olehmu, bahwa yang paling dekat kepada Alloh ialah  orang yang berbudi·pekerti yang luhur. Dan amal yang paling utama, ialah memelihara hati dari melirik kepada yang lain, selain hanya kepada Alloh saja. Bila kamu bergaul bersama orang miskin berwasiatlah dengan jalan  kebenaran dan kesabaran.
 Tentang  masalah dunia, kiranya cukup bagimu dua hal : pertama bergaul dengan orang miskin, kedua menghormati wali. Selain dari  pada Alloh, segala sesuatu  itu  jangan dipandang cukup, menyerang dibawahmu adalah pengecut, berlagak gagah  terhadap sesama, adalah  lemah, dan berlaku sombong kepada orang yang lebih tinggi kedudukannya, menunjukkan ketidaksopanan.
 Ketahuilah, bahwa Tasawuf dan fakir merupakan dwi tunggal kebenaran  yang  hakiki, bukan bercanda atau main-main. Oleh karena itu jangan dicampur dengan bercanda. Sekianlah wasiat ayahanda padamu. semoga Alloh senantiasa melimpahkan taufik dan hidayah-Nya padamu dan pada murid-muridku atau siapapun yang mendengar wasiat yang disampaikan ini, semoga dapat mengamalkannya dengan diiringi keagungan dan syafaat jungjungan kita Nabi Muhammad SAW., Amin Ya Robbal ‘alamin".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar